Minggu, 25 Mei 2008

Fenomena Forum Seniman Perduli

Fenomena Forum Seniman Perduli di Palu
Amin Abdullah

Di Palu, Sulawesi Tengah, sejak pasca Idul Fitri kemarin ada fenomena yang menarik dalam dunia kesenian. Gejala itu adalah lahirnya Forum Seniman Perduli (For Sepe) yang langsung berseteru dengan pengurus Dewan Kesenian Palu (DKP). Perseteruan itu berlangsung dalam bentuk polemik di koran-koran daerah Sulawesi Tengah dalam waktu yang cukup lama dan menyita perhatian publik kota Palu.

Tuntutan For Sepe adalah mundurnya Ketua dan pengurus DKP yang mereka anggap tidak dapat menangkap aspirasi masyarakat seni dan tidak dapat membuat managemen yang baik. Sementara pengurus DKP tidak melihat alasan yang sangat krusial, semisal penyelewengan dana. Olehnya, kepengurusan DKP tidak perlu harus diganti. Pengurus DKP menganggap bahwa bila mekanisme penyerapan aspirasi bawah yang menjadi persoalan, maka itu bisa diselesaikan dengan Rapat Kerja Daerah. Sementara For Sepe tetap menuntut diadakannya Musyawarah Daerah Luar Biasa untuk mengganti kepengurusan DKP yang sekarang.

Permasalahan ini kemudian berkembang dan ditengarai bermuatan politik karna Ketua Dewan Kesenian Palu saat ini, adalah juga seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palu. Sehingga gerakan For Sepe dinilai sebagai “pembunuhan karir seseorang di dunia politik”. Benarkah For Sepe bermuatan politik atau murni dari kalangan seniman itu sendiri?

Arts and Culture Institution Watch
Saya lebih melihat munculnya For Sepe ini sebagai “Arts and Culture Institution Watch” yang ada di Sulawesi Tengah. Artinya, forum ini mencoba mengamati lembaga-lembaga kesenian yang ada di Sulawesi Tengah, dimana DKP adalah salah satunya. Forum ini menganggap bahwa peranan lembaga-lembaga kesenian di daerah ini adalah faktor yang sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan seni budayanya. Olehnya, bila ada lembaga-lembaga yang terasa janggal menurut pengamatan anggota forum ini, mereka akan bergerak mempertanyakan hal tersebut.

Sepanjang yang saya tahu, forum ini adalah forum yang pertama kali muncul di Sulawesi Tengah atau mungkin sebagian besar di wilayah Indonesia. Cukup mengherankan, karna lembaga-lembaga sejenis untuk bidang-bidang lain seperti politik, hukum, lingkungan dan bidang-bidang lain sudah lama ada. Sebut saja seperti Indonesia Corruption Watch Police Watch atau Parliament Watch. Olehnya, untuk bidang seni budaya, forum ini terhitung lambat lahirnya.

Lambatnya forum seperti ini muncul bisa disebabkan oleh dua hal: Pertama, Lembaga-lembaga kesenian yang selama ini kita punya, memang berhasil dalam menampung aspirasi masyarakat seniman. Alasan kedua, ternyata seniman budayawan kita kurang tanggap atas hak dan kewajibannya terhadap lembaga-lembaga seni budaya yang ada. Bila alasan pertama yang terjadi, maka hal ini positif. Sedangkan bila alasan kedua yang menjadi penyebabnya, maka ini negatif.

Negatif, karna selayaknya masyarakat seniman dan budayawan Sulawesi Tengah sadar akan haknya untuk mendapat akses pada lembaga-lembaga seni budaya yang ada karna lembaga-lembaga tersebut dibiayai oleh dana dari pemerintah untuk aktifitas mereka. Dilain pihak, (ini yang sangat penting), mereka berkewajiban untuk membantu suksesnya program-program lembaga tersebut.

Sehingga, bila akar rumput rakyat seniman budayawan mempertanyakan kredibilitas pengurus dan kinerjanya, maka itu sangat wajar dan sehat untuk sebuah dinamika pembangunan humaniora. Terutama bila ternyata program yang dibuat tidak dirasakan bermanfaat buat masyarakat. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, forum seperti For Sepe merasa berkewajiban untuk mengkritisi lembaga-lembaga seni budaya yang kita punyai. Menafikan forum-forum seperti ini sama saja dengan menyumbat arus reformasi yang justru merupakan tugas bangsa kita saat ini. Akibatnya, bisa jadi malah kontra-produktif karna aspirasi itu dapat mencari jalannya sendiri yang anarkis. Sesuatu yang sangat tidak diharapkan oleh kita semua.

Alat Ukur
Sebagai “Central Sulawesi Arts and Culture Institution Watch”, for sepe sebaiknya mempunyai alat ukur bagaimana mereka mengkritisi lembaga-lembaga seni budaya yang ada. Bila tidak, maka forum ini bisa jadi tanpa fokus, terlalu lebar dan tidak punya barometer serta sangat rentan untuk dimuati kepentingan politik.

Olehnya, alat ukur yang digunakan untuk mengkritisi sebuah lembaga seni budaya adalah pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa saja programnya? Adakah masyarakat ditanya kebutuhannya ketika menyusun program-pogram itu? Apakah masyarakat mempunyai akses dalam penyusunan program-program itu? Apakah program-program itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat? Siapa dan apa alat ukur keberhasilan sebuah program? Untuk siapa program itu dibuat? Siapa yang berperan? Apakah lembaga-lembaga tersebut memposisikan diri sebagai fasilitator atau mengambil alih aktifitas seni budaya masyarakat? Bagaimana mekanisme lembaga-lembaga tersebut? Apakah sederhana atau rumit? Siapa yang menjalankan program atau yang menjadi pengurus atau pejabat dalam institusi tersebut? Apakah kredibel di mata masyarakat? Apakah dekat dan dikenal oleh akar rumput? Apakah mempunyai latar belakang pengetahuan atau pendidikan yang menguasai bidangnya? Atau minimal mampu berpikir konstruktif dan sistematis?

Dengan mempunyai alat ukur seperti itu dan mengkritisi dengan santun semua lembaga seni budaya yang ada, maka For Sepe benar-benar menjadi Arts and Culture Institution Watch. For Sepe menjadi simbol bangkitnya kekuatan akar rumput masyarakat seni budaya untuk melakukan komunikasi yang kritis namun sopan dengan institusi seni budaya yang dibiayai oleh Negara. Kehadiran For Sepe bertujuan untuk mengembalikan lagi hakikat pembangunan humaniora bangsa melalui optimalisasi dan revitalisasi potensi seni budaya dari, oleh dan untuk masyarakat. Akan lebih baik lagi bila For Sepe juga mampu untuk memberikan solusi yang konstruktif terhadap persoalan yang diatasi dengan tetap menggunakan bahasa yang santun. Dari sini, forum ini bisa mendorong perubahan seperti yang mereka cita-citakan.
Namun, bila Forum Seniman Perduli ini hanya terhenti pada mengkritisi satu lembaga tertentu, untuk menjatuhkan karir politik orang tertentu, maka dugaan bahwa forum ini bermuatan politik benar adanya.

Amin Abdullah, M.Sn, MA.
Alumnus Program Magister Pengkajian Seni ISI Yogyakarta dan
Kajian Asia Kebijakan Kebudayaan di Indonesia, University of Hawaii, AS.

Tidak ada komentar: